Kamis, Februari 25, 2010

CURRICULUM VITAE (CV)

1. Data Pribadi

Nama : Afrizal Harun
Tempat/ Tggl. Lahir : Tanjung Medan/4 April 1980
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SI Jurusan Teater ISI Padangpanjang
Alamat Domisili : Jln. Bahder Johan RT III Blk. Kantor Lurah, Depan
CV. Seruni Mekar Bukit Surungan Padangpanjang, 27115
Sumatera Barat
e-mail : afrizalharun@yahoo.com-afrizalharun@gmail.com
HP : 081266152700

2. Pendidikan Formal

Tahun 1998-2004, STSI Padangpanjang, Jurusan Teater,kompetensi Penyutradaraan
Tahun 1995-1998, SMU Plus INS Kayutanam-Sumatera Barat
Tahun 1992-1995, MTsN Punggasan, Pesisir Selatan-Sumatera Barat
Tahun 1986-1992, SDN 25 Tanjung Medan, Pesisir Selatan- Sumatera Barat


3. Pengalaman Organisasi

Tahun 2006-2008, Pembimbing HMJ Teater STSI Padangpanjang
Tahun 2007-2009, Ketua Komunitas Seni Hitam-Putih Padangpanjang
Tahun 2001-2002, Ketua UKM Pers STSI Padangpanjang
Tahun 2000-2001, Ketua HMJ Teater STSI Padangpanjang

4. Data Pengalaman sebagai Sutradara Teater

Tahun 2008, Sutradara dalam garapan ‘Dunia Dalam Mesin Jahit ’ Pentas dalam even
JakArt di Jakarta (TIM, Sigma Pondok Gede, Rusun BCI Cingkareng).

Tahun 2008, Sutradara dalam garapan ‘Lawan Catur’ Karya Sir Kenneth W. Goodman,
Pentas di Gedung Hoerijah Adam STSI Padangpanjang

Tahun 2008, Karya dan Sutradara dalam garapan Zona X, pentas dalam kegiatan Pekan
Apresiasi Teater (PAT) di STSI Padangpanjang dan Taman Budaya Sumatera Barat.

Tahun 2007, Sutradara dalam garapan “Hanya Satu Kali” karya Jhon Galsworthy.
Pentas di Auditorium Boestanul Arifin Adam STSI Padangpanjang.

Tahun 2007, sutradaradalam garapan “Api Revolusi PDRI” karya Afrizal Harun,
pentas di Gedung Tri Arga Bukittinggi-Sumatera Barat.

Tahun 2006, Sutaradara dalam garapan “ Dunia dalam Mesin Jahit” karya Afrizal
Harun Pentas di Pusat Bahasa Jakarta.

Tahun 2005, menjadi sutradara dan aktor dalam naskah Monolog, dengan judul ‘Racun
Tikus’ pentas di Taman Budaya Sumatera Barat

Tahun 2004, Sutradara dalam garapan “ Kotakku Rumahku” karya Paul Maar,Pentas di
Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam STSI Padangpanjang

Tahun 2004, Sutradara dalam garapan “Hanya Satu Kali” karya Jhon Galsworthy.
Pentas di Auditorium Boestanul Arifin Adam STSI Padangpanjang

Tahun 2003, Sutradara dalam garapan “Macbett” karya Eugene Ionesco. Pentas di
Auditorium Boestanul Arifin Adam STSI Padangpanjang

Tahun 2002, Sutradara dalam garapan “Wek-Wek” karya D. Djaya Kusuma. Pentas di
Taman Auditorium Boestanul Arifin Adam STSI Padangpanjang

Tahun 2002, Sutradara dalam garapan “Euforia Malin” karya/sutadara Afrizal Harun,
pentas di Auditorium Boestanul Arifin Adam STSI Padangpanjang

Tahun 2000, Sutradara dalam garapan “Pernikahan Perak” karya Jhon Bown,sutadara
Afrizal Harun di Gedung Boestanul Arifin Adam STSI Padangpanjang

5. Data Pengalaman sebagai Aktor Teater

Tahun 2007, Aktor dalam garapan “Where the Cross is Made” karya Eugene O’Neil,
Sutradara Ipong Niaga, pentas di Taman Budaya Sumatera Barat

Tahun 2007, Aktor dalam garapan “Kawin Paksa” karya/sutradara Novina Yeni Fatrina,
pentas di Taman Budaya Sumatera Barat

Tahun 2005, Aktor dalam garapan “ Hamlet Machine” karya Heiner Muller, sutradara
Pandu Birowo, pentas di komunitas seni INTRO Payakumbuh-Sumatera Barat

Tahun 2005, Aktor dalam garapan “ Anggun Nan Tongga” karya Wisran Hadi, sutradara
Dede Prama Yoza, pentas di komunitas seni INTRO Payakumbuh-Sumatera Barat

Tahun 2004, Aktor dalam garapan “Ayam Goreng Inyiak” karya/Sutaradara Adi
Krishna,Pentas di Auditorium Boestanul Arifin Adam STSI Padangpanjang

Tahun 2004, Aktor dalam garapan “Pinangan” karya Anton P. Chekov, Sutaradara Cut
Rosa, Pentas di Auditorium Boestanul Arifin Adam STSI Padangpanjang

Tahun 2003, Aktor dalam garapan “Insan-insan Malang” karya B. Soelarto/sutaradara
Fauziah Azizah. Pentas di Auditorium Boestanul Arifin Adam STSI Padangpanjang

Tahun 2003, Aktor dalam garapan “Orang-orang Kasar” karya Anton P.
Chekov/sutaradara Cut Roza. Pentas di Auditorium Boestanul Arifin Adam STSI
Padangpanjang

Tahun 2003, Aktor dalam garapan “Domba-domba Revolusi” karya B.
Soelarto/sutaradara Idrusmin. Pentas di Auditorium Boestanul Arifin Adam STSI
Padangpanjang

Tahun 2002, Aktor dalam garapan “Nyanyian Angsa” karya Anton P. Chekov, Sutradara
Pandu Birowo, pentas di Taman Budaya Sumatera Barat

Tahun 2002, Aktor dalam garapan “Pintu” karya/sutradara Yusril pentas di Taman
Budaya Sumatera Barat

Tahun 2000, Aktor dalam garapan “Antogone” karya Shopocles, Sutradara Enrico
Alamo,pentas di Auditorium Boestanul Arifin Adam STSI Padangpanjang

Tahun 2000, Aktor dalam garapan “Komplikasi” karya/sutaradara Yusril pentas di
Auditorium Boestanul Arifin Adam STSI Padangpanjang

Tahun 2000, Aktor dalam garapan “Welcome to Millenium” karya/sutaradara Yusril
pentas di Auditorium Boestanul Arifin Adam STSI Padangpanjang

Tahun 1998, Aktor dalam garapan “Menunggu” karya/sutaradara Yusril, pentas di
TeaterUtan Kayu Jakarta dan Jurusan Teater IKJ

Tahun 1999, Aktor dalam garapan “Plasenta” karya/sutaradara Yusril, pentas di
Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam STSI Padangpanjang

Tahun 1998, Aktor dalam garapan “Menunggu” karya/sutaradara Yusril, pentas di
Taman Budaya Jambi

Tahun 1997, Aktor dalam garapan “Menunggu” karya/sutaradara Yusril, pentas di INS
Kayutanam-Sumatera Barat dalam event pertemuan Sasterawan Nusantara ke IX.


6. Pengalaman Kerja dalam Kegiatan Produksi Kesenian

Tahun 2009, Pimpinan Produksi dalam program kerjasama pertunjukan Teater antara
Taman Budaya Sumatera Barat dan Jurusan Teater STSI Padangpanjang

Tahun 2008, menjadi Pengamat dalam pentas teater ‘Tambologi’ karya/sutradara
Wendi H.S, Pentas di Taman Budaya Sumatera Barat dan Taman Budaya Lampung

Tahun 2008, Stage Manager dalam Pentas “Ophelia dalam Lentera” karya /sutradara
Cut Rosa, dalam program kerja sama pentas teater Jurusan Teater STSI
Padangpanjang dan Taman Budaya Jambi

Tahun 2008, Stage Manager dalam Pentas “Tak Ada Sabtu Sampai Minggu Yang Ada Hanya
Siang Dan Malam” karya Rozakky, sutradara Yusril dalam event Temu Sasterawan
Sumatera di Batam

Tahun 2008, Penanggung Jawab Kegiatan Road Show Eagle Award dan ScreenDoc!
Traveling,di UNP, UPI, dan Universitas Bung Hatta Sumatera Barat

Tahun 2007, Stage Manager dalam Pentas “Tangga” karya/sutradara Yusril dalam
event FKI V di ISI Denpasar

Tahun 2007, Stage Manager dalam Pentas “Tangga” karya/sutradara dalam Pertunjukan
Hibah Kelola di Taman Budaya Sumatera Barat

Tahun 2007, Penata Artistik dalam garapan “Dabuih Pitoenang” karya/komposer
Jumaidi Syafe’I di Painan Pesisir Selatan-Sumatera Barat

Tahun 2007, Stage Manager dalam pentas “Salakiku Rang Sumandi Den” karya/komposer
Asep Saepul Haris. pentas di Gedung Hoerijah Adam STSI Padangpanjang

Tahun 2007, Anggota Tim Perumus pembukaan Jurusan Film di STSI Padangpanjang

Tahun 2006, Penata Artistik dalam garapan tari “Tungku Tigo Sajarangan”
koreografer Martion pentas di Teater Utama Taman Budaya Sumatera Barat

Tahun 2006, Asisten Sutradara pembuatan film “Bulan di Langit Jam Gadang”
sutradara Yusril. Produksi Dinas Pariwisata Bukittinggi.

Tahun 2005, penata Artistik dalam garapan Tari “Cendra Mata” Koreografer Syaiful
Erman di STSI Padangpanjang

Tahun 2005, Penata Lampu dalam garapan tari “Batu” karya Ali Sukri di TUK Jakarta

Tahun 2005, Kru Artistik dalam karya “Barzanji” karya/komposer Elizar Koto di
Batipuh Tanah Datar-Sumatera Barat

Tahun 2004, Penata Artistik dalam garapan tari “Mamakan” koreografer Martion
pentas di STSI Padangpanjang

Tahun 2004, Pimpinan Produksi dalam pembuatan film tari “Let me die first”
produksi Kelompok Studi Sinema STSI Padangpanjang.

Tahun 2004, Asisten Sutradara dalam pembuatan film “X File” sutradara Yusril

Tahun 2003, Koordinator Stage Crew dalam event Kongres Budaya Nasional di STSI
Padangpanjang


7. Pengalaman dalam Kepanitiaan Acara

Tahun 2009, menjadi Koordinator Pameran Pekan Apresiasi Teater (PAT) 4
yang diselenggarakan oleh Jurusan Teater STSI Padangpanjang

Tahun 2008, Pembimbing dalam kegiatan Pekan Apresiasi Teater (PAT) Jurusan Teater
STSI padangpanjang. 20 s/d 27 Januari 2008

Tahun 2007, Pelaksana teknis dalam event “Seminar Film” dengan tema “ Film sebagai
pencitraan Daerah” program DIRJEN Perfilman Nasional di STSI Padangpanjang

Tahun 2006, Tim Audisi rekruitmen Artis untuk Sinetron produksi Dinas Pariwisata
Bukittinggi yang berjudul “Bulan di langit Jam Gadang”

Tahun 2004, Panitia Seksi Acara dalam event “Pemutaran Film Bermutu” kerjasama
komunitas seni Hitam-Putih dan Jiffest Jakarta

Tahun 2003, Wakil Ketua dalam event “Pekan Apresiasi Teater (PAT) I” di STSI
Padangpanjang Tahun 2002, Panitia Seksi Acara dalam pelaksanaan orientasi
Mahasiswa Baru STSI Padangpanjang

Tahun 2001, Panitia Seksi Acara dalam pelaksanaan orientasi Mahasiswa Baru STSI
Padangpanjang

Tahun 2000, Ketua Pelaksana dalam kegiatan KBSM di Desa Sarang Gagak-Sicincin 2xII
Enam Lingkung Kabupaten Padangpariaman-Sumatera Barat

Tahun 2000, Ketua Pelaksana dalam kegiatan Workshop teater tingkat SMU se-Sumatera
Barat. di STSI Padangpanjang

Tahun 1999, Wakil Ketua dalam kegiatan Festival Teater Remaja dan Perguruan Tinggi
se-Sumatera Barat, di STSI Padangpanjang

Tahun 1997, Panitia dalam event Pertemuan Sasterawan Nusantara IX-Pertemuan
Sasterawan Indonesia di INS Kayutanam

8. Kegiatan Seminar, Diskusi dan Lokakarya yang pernah di ikuti

Tahun 2009, menjadi peserta Lokakarya ‘Capacity Building’ yang diselenggarakan
oleh Yayasan Kelola Jakarta

Tahun 2009, menjadi peserta Lokakarya ‘Stage Management’ yang diselenggarakan oleh
Yayasan Kelola Jakarta

Tahun 2009, menjadi peserta dalam Lokakarya “Pengelolaan Aset Barang Milik Negara
(BMN) di Ruang Sidang Rektorat STSI Padangpanjang

Tahun 2008, menjadi Notulen dan Peserta Seminar tentang pengelolaan Manajemen Seni
Pertunjukan di GP Hoerijah adam STSI Padangpanjang

Tahun 2008, menjadi Peserta Seminar “Seni Budaya Melayu” yang dilaksanakan di STSI
Padangpanjang

Tahun 2007, Peserta Seminar “Film Sebagai Pencitraan Daerah” di STSI Padangpanjang

Tahun 2006, menjadi peserta Lokakarya dalam Penyelenggaraan Metode Mengajar Dalam
Rangka Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di STSI Padangpanjang

Tahun 2005, Peserta diskusi dalam event “ Arifin C. Noor dalam ingatan Seni
Indonesia” mengenang 10 Tahun Arifin C. Noor di TIM Jakarta

Tahun 2005, Peserta diskusi dalam event Louncing buku “Kontroversi Imam Bonjol”
penulis Sahrul N di STSI Padangpanjang

Tahun 2004, Peserta diskusi dalam event Dies Nataleis STSI Padangpanjang

Tahun 2003, Peserta diskusi dalam diskusi “Teater Garasi Mencari Dialog" di
Gedung Teater STSI Padangpanjang

Tahun 2002, Peserta Seminar “Seni Pertunjukan Indonesia” Kerja sama MSPI dan Dewan
Dewan Kesenian Sumatera Barat (DKSB)

Tahun 2000, Peserta Seminar Internasional “Seni Budaya Melayu” di STSI
Padangpanjang

Tahun 2000, Peserta Seminar “Otonomi Perguruan Tinggi” di STAIN Batu Sangkar



9. Prestasi

Tahun 2009, Pemenang II Drama SMA/MA/SMK Tingkat Nasional berjudul “Siti
Manggopoh” Dalam Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2009 di Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional-Jakarta

Tahun 2002, Juara II Festival Musik Jalanan di Lapangan Imam Bonjol Padang

Tahun 2000, Juara I Lomba Baca Puisi Se-Sumatera Barat di STSI Padangpanjang

Tahun 1999, Finalis Lomba Baca Puisi de Gedung Pertemuan Balai Bung Hatta
Bukittinggi-Sumatera Barat

Tahun 1999, Juara II Festival Musik Jalanan di Gedung M. Syafe’I Padangpanjang

Tahun 1999, Juara I Festival musik Jalanan di Bioskop ‘Karya’ Padangpanjang

Tahun 1998, Finalis Lomba Baca Puisi di Fakultas Sastera UNAND Padang

Tahun 1996, Lima Tearbaik dalam Festival Musik Jalanan di Taman Budaya Sumatera
Barat






Jumat, Februari 12, 2010

Seni Tanpa Kata Padangpanjang

Kecenderungan berteater-tanpa-kata tampak menonjol di dalam satu minggu hajatan seni kontemporer di Sumatra Barat. Tentu saja tanpa kata itu relatif, karena terkadang masih dibutuhkan sejumlah kata, namun pada dasarnya kebanyakan informasi mereka sampaikan lewat cara-cara lain: gestur, gerak-gerik, vokal, atau potongan musik maupun lagu yang asosiatif dengan pemahaman tertentu.

Sedikitnya ada enam kelompok teater setempat yang tampil di dalam "Pekan Seni III/2002" yang berlangsung 26-31 Oktober di Kampus STSI Padangpanjang tersebut. Penyelenggaranya Dewan Kesenian Sumatra Barat menyebutkan mereka inilah yang diketahui masih giat bekerja.

Sesudah tokoh-tokoh teater semacam Wisran Hadi tidak bergiat lagi, seperti apakah wajah teater masa kini dari kawasan ini? Tampaknya jawaban yang muncul kurang menggembirakan.

"Mereka kurang merenung," tutur Rusli Marzuki Saria, seorang penyair dan puluhan tahun mengikuti berbagai perkembangan seni daerah ini.

Tampak di panggung atau arena tontonan adalah bentuk-bentuk, gerak, properti, "akting", musik, yang umumnya hanya mengarah pada pengokohan aspek "cerita". Dengan kata lain, semua unsur itu tadi berfungsi sebagai ganti kata-kata, sebagai pengusung informasi, dan bukan, misalnya, pencapaian olah rupa tertentu. Sesungguhnya ada peluang bagi olah rupa, gerak, dan bunyi, untuk menghasilkan makna baru yang sama sekali tidak tergantikan oleh kata. Beberapa bagian pertunjukan Teater SAE dekade lalu umpamanya meraih pencapaian ini.

Meski demikian, sebagai tontonan ada saja yang menarik. Sebutlah itu umpamanya penampilan oleh Teater Noktah dari Padang dengan lakon Negeri yang Terkubur karya Syuhendri yang sekaligus menyutradarainya.

Syuhendri memasang seorang pemain perempuan (Irda Ningsih) yang baju tradisinya mewakili nilai-nilai lama. Ia menampilkan tiga pria (Zulkifli, Masrizal, dan Salman) untuk membuat sejumlah aksi. Dua di antaranya menjadi personifikasi generasi muda yang terpapar berat oleh kemajuan zaman. Seorang di antaranya, mengenakan pakaian tradisi, mengendalikan lewat tali yang terpasang di tangan mereka.

Itu digambarkan dengan kuda-kudaan dari pelepah pisang yang segera mereka buang ketika menemukan mainan mobil ber-remote-controle. Mereka tergiur oleh dunia informasi yang ditampilkan lewat papan ketik komputer. Berselancarlah keduanya di Internet. Untuk itu Syuhendri membuat mereka menggunakan kata-kata seperti "www...." yang ibarat mantra untuk ke dimensi baru penuh petualangan.

Pencapaian mereka jauh berbeda dengan Ruang Lilin oleh Teater Eksperimental FSUA yang disutradarai Prel T maupun Jam-jam oleh Komunitas Seni Plong garapan Dharminta. Kedua kelompok ini tampak gagap di dalam merancang tontonan mereka.

Pada sisi lain Sulastri Andras bersama kelompok SMKI Padang meminjam sebuah tontonan klasik untuk menyinggung perkara-perkara jender. Untuk itu ia memanfaatkan ungkapan-ungkapan ketegaran seorang perempuan masa lampau, Sabai, dalam Nasibmu Sabai.

Di panggung tampak sebuah pemandangan teater tari di dalam kemasan lama yang sangat diakrabi oleh warga masyarakatnya. Namun ia juga menyisipkan trio penari, dalam kostum berbeda secara menyolok, yang dengan gerak bisa menguatkan, menolak, atau mengomentari setiap adegan yang dianggap penting.

Dua pementasan lain menguatkan kesan akan kecenderungan untuk menghindari kata. Teater Akar dengan Eforia Malin garapan Afrizal Harun maupun Keluarga Mahasiswa Teater Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padangpanjang dengan Senja 200 Kepala rancangan Dede Pramayosa, melakukannya dengan cukup menarik. (efix). Kompas, Sabtu, 2 November 2002

19 Calon Stage Manager Berbakat Dari 10 Provinsi di Indonesia Telah Terpilih



13 Juli 2009


Sebanyak 19 calon-calon stage manager berbakat dari 10 provinsi di Indonesia telah terpilih dalam program kompetitif, Lokakarya Stage Management 2009 bersama dengan Fred Frumberg. Lokakarya ini akan diadakan di Teater Kecil Institut Seni Indonesia Surakarta, jalan Ir. Sutami 57 Solo, Selasa-Sabtu tanggal 21-25 Juli 2009.

Berikut adalah nama peserta yang lolos seleksi;

1. Marojahan Adrian – Medan, Sumatera Utara
2. Eric Wirjanata – DKI Jakarta
3. Taufik Walhidayat A.Md., Kom – Banyuwangi , Jawa Timur
4. Joko Sriyono – Karanganyar , Jawa Tengah
5. Daniel Caesar – Sleman , DIY
6. Putu Esha Dirtaiswara Kurniawan – Badung , Bali
7. Dedi Dwiyanto – Denpasar , Bali
8. Taruna Perkasa Putra – Jember , Jawa Timur
9. Wildan Kurnia – Garut, Jawa Barat
10. Raja Aria Octaviano – DKI Jakarta
11. Mohammad Fadhal – Lamongan, Jawa Timur
12. Tri Asih Puspitaningtyas – Bandung, Jawa Barat
13. Danny Muhammad Ramdan – Cianjur, Jawa Barat
14. Masvil Tomi – Kota Baru, Jambi
15. Dedi Novaldi-Padangpanjang, Sumatera Barat
16. Deri Efwanto-Bandar Lampung, Lampung
17. Rifqi Mansur Maya, Bantul, DIY
18. Afrizal Harun, Pandangpanjang, Sumatera Barat
19. Ardi Pardianto-Kudus, Jawa Tengah


Fred Frumberg sengaja didatangkan ke Indonesia untuk menjadi pemateri karena Ia sangat berpengalaman bekerja selama bertahun-tahun di gedung opera dan teater di seluruh Amerika Serikat dan Eropa. Pengalamannya di bidang stage management diperlengkap dengan tujuh tahun sebagai asisten stage manager dari Peter Sellars, sebagai head of production di Paris Opera, dan stage director untuk the Netherlands Opera, Amsterdam.

Sejak Juni 1997, Fred Frumberg membantu pelestarian kesenian tradisional Kamboja, dan 6 tahun kemudian ia mendirikan AMRITA Performing Arts. Organisasi nirlaba yang berbasis di Phnom Penh ini berkomitmen untuk memproduksi tari dan teater lokal yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas nasional dan kreativitas di semua bidang produksi dan manajemen seni.

Bagi peserta, selain akan memperoleh pengalaman dan bekal keahlian sehingga lebih siap menghadapi tantangan kerja sebagai seorang stage manager, semua biaya yaitu transportasi dan akomodasi peserta dari tempat asal hingga pulang kembali akan ditanggung oleh Kelola. Program ini didukung oleh Asian Cultural Council.

Pengumuman Seleksi Lokakarya Capacity Building Bersama Sam Miller



Tanggal 17 Oktober 2009



Sebanyak 16 seniman dan manajer seni berbakat lolos seleksi dan akan segera berkumpul di Jakarta untuk mengikuti Lokakarya Capacity Building for Artists and Managers 2009 bersama dengan Sam Miller. Lokakarya yang didukung oleh Asian Cultural Council ini akan diadakan di Hotel Grand Flora, Jakarta Selatan.

Bagi peserta, selain akan memperoleh pengalaman dan bekal keahlian sehingga lebih siap menghadapi tantangan kerja sebagai seorang seniman dan juga manajer seni, semua biaya yaitu transportasi dan akomodasi peserta dari tempat asal hingga pulang kembali akan ditanggung oleh Kelola.

Berikut adalah nama peserta yang lolos seleksi;

1. Nuri Aryati – Solo, Jawa Tengah
2. Mugiyono Kasido – Solo, Jawa Tengah
3. Anton Asmonodento – Yogyakarta, DIY
4. Muhammad Rudiyanto – Tegal, Jawa Tengah
5. Reni Kanila Sari – Bantul, DIY
6. Jamaluddin Latif – Bantul, DIY
7. Afrizal Harun – Padangpanjang, Sumatera Barat
8. Imas Sobariah – Bandar Lampung, Lampung
9. Iswadi Pratama – Bandar Lampung, Lampung
10. Fitri Setyaningsih – Bantul, DIY
11. Melati Anastasia – Bantul, DIY
12. Asri Mery Sidowati – Depok, Jawa Barat
13. Andara Firman Moeis – Jakarta
14. Dwi Windarti – Yogyakarta, DIY
15. Budhi Harto – Malang, Jawa Timur
16. Muhammad Rasyid Ridlo – Wonosobo, Jawa Tengah

Sam dan Kelola bekerja sama untuk merumuskan beberapa hal yang dianggap layak dibahas sesuai dengan perkembangan bidang kesenian khususnya di Indonesia. Di dalam pembahasan nanti akan dibawakan juga cara membangun jejaring sekaligus mengemas karya aspirasi kreatifnya dalam sebuah strategi entrepreneur untuk pasar.

“Saya ingin membuat workshop yang berusaha membantu para peserta mengembangkan kemampuan yang mereka butuhkan untuk melayani aspirasi kreatif mereka,” demikian petikan ucapan Samuel Miller yang pernah bekerja sebagai Direktur Jacob’s Pillow Festival, salah satu festival seni pertunjukan terkemuka di Amerika dan sekarang menjadi Presiden dari Leveraging Investments in Creativity (LINC) di New York.

Pemenang Sayembara Naskah Buku Pengayaan Tahun 2009




Sumber :
http://www.wijayalabs.com/tag/pemenang-sayembara-naskah-buku-pengayaan/


Bantuan Dana bagi Penulis Buku
Berita / 19 Juni, 2009 - 08:00 - Diunduh dari :
http://www.pusbuk.or.id/node/40

Guna mendorong penulis supaya lebih termotivasi untuk menulis buku, pemerintah memberikan bantuan dana. Pada 2009, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (Pusbuk Depdiknas) menganggarkan bantuan kepada penulis buku sebanyak Rp.2 milyar untuk 500 judul buku. Upaya ini dilakukan untuk menyediakan buku yang bermutu dan sesuai standar nasional.

Sekretaris Jenderal Depdiknas Dodi Nandika mengatakan, bantuan insentif ini merupakan langkah konkrit pemerintah bagi para penulis buku yang memerlukan dana yang dapat digunakan untuk mengumpulkan bahan tulisan dan menulis awal. "Kita sediakan blockgrant subsidi kepada rekan-rekan penulis buku," katanya usai membuka pameran Hari Buku Se Dunia dan Hari Buku Nasional 2009 di Plaza Depdiknas, Jakarta, Jumat (19/06/2009).

Dodi menyampaikan, bantuan ini tidak hanya dikhususkan untuk menulis buku teks pelajaran, tetapi akan digunakan untuk buku pengayaan. Depdiknas, kata dia, juga membeli dan membantu penerbitan serta pengedaran majalah sastra Horison. "Negara besar seperti ini hanya punya satu majalah sastra yaitu majalah Horison, sedangkan negara kecil lain punya tiga sampai empat," katanya.

Dodi menyebutkan, saat ini perbandingan membaca mencapai 1/3 per siswa per tahun. Menurut dia, kendala yang dialami adalah masalah budaya, kesenangan, minat, dan kendala teknis seperti buku belum tersedia dengan mudah, harganya belum nurah, dan di perpustakaan belum tersedia dengan baik. "Daerah terpencil, perbatasan, dan di pulau terluar sulit membeli buku. Toko buku juga jarang di kota-kota kecil di Indonesia," katanya.

Terkait upaya untuk menurunkan harga buku, Pemerintah, kata Dodi, berusaha mulai dengan membuat Undang-Undang Perpustakaan, menyusun Undang-Undang Perbukuan, dan program membeli hak cipta buku. "Sebanyak 400 lebih buku sudah dibeli oleh pemerintah dengan harga cukup mahal miliaran rupiah totalnya. Kemudian, dibagikan hak ciptanya, boleh digandakan, disebarkan, dijualbelikan kepada masyarakat, sehingga teman-teman di daerah terpencil sekarang sudah bisa menggandakan dan mengkopi tanpa harus terkena oleh royalti atau hak cipta itu," katanya.
Kepala Pusat Perbukuan Depdiknas Sugijanto mengatakan, bantuan ini diberikan kepada para penulis buku yang pernah mengajukan penulisan ke Depdiknas, yaitu penulisan buku teks pelajaran yang tidak lulus seleksi. Selain itu, kata dia, bantuan diberikan bagi penulis buku sayembara. "Kita prioritaskan untuk daerah di luar Jawa. Kita berikan bantuan 70 persen untuk luar Jawa dan 30 persen untuk dalam Jawa," katanya.

Sugijanto mengatakan, bantuan dana berupa uang digunakan untuk memperbaiki bahan yang telah diajukan untuk meningkatkan penulisan yang akan datang. Untuk satu buku teks pelajaran, untuk setiap tulisan diberikan bantuan sebanyak Rp.4 juta. Dia mencontohkan, jika satu penulis mengajukan tiga judul akan mendapatkan bantuan sebanyak Rp.12 juta. "Satu penulis bisa dapat (bantuan) tiga tulisan itu," katanya.

Sumber: http://setjen.diknas.go.id/ dan situs : www.pusbuk.or.id

Di tahun 2009, Pusat Perbukuan memberikan hadiah diberikan untuk juara I : 20 juta, II : 19 juta dan III : 18 juta.


Daftar Nama Pemenang Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2009
(Disusun berdasarkan nama penulis, judul, kab/propinsi, nama sekolah)

FIKSI
A. Prosa

1. Muji Hartono, S.Pd. Bagaskoro, Purworejo, Jawa Tengah Guru SD Negeri Rejowinangu
2. Wahyuningsih Rahayu, S.Pd. Indahnya Persahabatan Demak, Jawa Tengah Guru SDN Batursari 5
3. Rokhmatul Laily. Ketika Badai Mereda. Bontang, Kalimantan Timur Guru SMA Yayasan Pupuk Kaltim Bontang
4. Sri Wahyuti, A.Ma.Pd.. Kumpulan Cerpen Nasehat Yang Baik Demak, Jawa Tengah Guru TK Larasati Desa Bandungrejo
5. H. Ruslan Lombok Barat, Mutiara Pulau Cemara Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Guru SD Negeri 1 Banyumelek
6. Saepul Muhtadin, S.Pd Permadani Hijau Ciwidey, Jawa Barat Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Ciwidey
7. Iis Wiati, S.Pd Sekuntum Tulip Setangkai Sakura , Bogor, Jawa Barat Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 5 Bogor
8. Suherna, S.Pd Selo Mahluk Asing Sahabatku, Indramayu, Jawa Barat Guru SDN Margadadi VI
9. Dwi Budiyanto, S.Pd. Tegar Begawan. Sleman, Yogyakarta Dosen Jurusan PBSI FBS UNY

B. Puisi
1.Tri Astoto, S.Pd., M.Pd. Catatan Harian Seorang Guru. Pare-pare, Sulawesi Selatan Guru SMA Negeri 5 Pare-Pare 2
2.Drs. Sigit Sulistio Dialog Diam (Dua Kumpulan Puisi) Majalengka, Jawa Barat Pengawas Pendidikan Menengah – Disdikbudpora Kabupaten Majalengka 3
3.Drs. Tjahjono Widiyanto, M.Pd. Dzikir Matahari Kampung Halaman Ngawi, Jawa Timur Guru SMA Negeri 1 Ngawi 4
4.Elly Rosita Desi, Kado Kecil buat Anak Jalanan, Ponorogo, Jawa Timur Guru SD Negeri 1 Bondrang No. 446 5
5.Saryana, M.Pd Kunang-Kunang, Bantul, Yogyakarta Guru SDN Ngentak 6
6.Harwimuka, Nyanyian Alam Rindu Kehadiran, Blitar, Jawa Timur Guru SD Negeri Sumber Agung 02
7.Hidayat Raharja, S.Pd. Nyanyian Buat Negeriku. Sumenep, Jawa Timur Guru SMA Negeri 1 Sumenep
8.Hasta Indriyana, S.Pd Rumah Cahaya, Gunung Kidul, Yogyakarta Guru SMA 1 Wonosari
9.M. Yusuf Amin Nugroho, S.H.I Sebelum Kupu-Kupu, Wonosobo, Jawa Tengah Guru Agama Islam MTs. Negeri Wonosobo

C. Drama
1.Iswatun Hasanah, Dompet Merah Ima Sampai Rahasia si Pemalas Nganjuk, Jawa Timur Guru TK Pertiwi I Kalianyar
2.Suhardi, Kerajaan Vernisia Kuala Pulang Pisau, Kalimantan Tengah Guru SMK Muhammadiyah Bahaour
3.Diat Ahadiat, S.Pd, Pendekar Berkacu Cirebon, Jawa Barat Guru SD Negeri 1 Karangmalang
4.Mardiana Rahmawati, S.Sos Rahasia Telur Garuda, Bantul, Yogyakarta Guru MAN Gandekan Bantul 5
5.Drs. St. Sri Purnanto, Rumah Segala Wajah, Trenggalek, Jawa Timur Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Panggul
6.Ignatius Karyono, M.Sn, Sekutu Raksasa, Sleman, Yogyakarta Guru SMK 1 Kasihan
7.Purwatiningsih, S.Pd. Setetes Darah Seutas Nyawa, Purworejo, Jawa Tengah Guru Bahasa Indonesia SMA Bruderan Purworejo
8.Afrizal Harun, Siti Manggopoh, Padangpanjang, Sumatra Barat Dosen STSI Padangpanjang
9.Gatot Supriyanto, Uang Dalam Botol, Magelang, Jawa Tengah Guru SMPN 1 Grabag Magelang

NONFIKSI
A. Pengayaan Pengetahuan Alam
1.Gunawan, A.Ma.Pd. Ayo Mengenal Rumput Laut, Probolinggo, Jawa Timur Guru SD Negeri Sukokerto 1
2.Endang Sri Sulistyani, S.Pd. Bejana Berhubungan Makan dan Kesehatan Kita, Blitar, Jawa Timur Guru SD Negeri Tanjungsari 2
3.Yohana L.A. Suyati Kelapa Sawit dari Kemungkinan Pemanfaatannya sebagai Sumber Bioenergi, Sanggau, Kalimantan Barat Guru SMPN 4 Sanggau
4.R. Arifin Nugroho, Lalat Ternama, Spesies, Dampak dan Teknologi Pengendalian, Kulonprogo, Yogyakarta Guru SMA Kolese De Britto
5.Fahrurazi, S.Si dan Prayitno Abadi, S.Si. Matahari Mengamuk, Kendal, Jawa Tengah Guru SMA PGRI 01 Kendal
6.Mainarni, S.Pd. Pertahanan dalam Tubuh, Bontang, Kalimantan Timur Guru SMA Yayasan Pupuk Kaltim Bontang
7.Dra. Maria Suharsini, M.Si. Pigmen Kehidupan Salatiga, Jawa Tengah Guru SMAN 2 Salatiga
8.Pasuruan, Sri Asih. Si Manis Madu, Jawa Timur UPT SMP Negeri 9
9.Rahman Hakim, Tameng Biru, Sumedang, Jawa Barat Guru SMP Al-Ma’Some Sumedang


B. Pengayaan Pengetahuan Sosial
1.Wiranto, S.Pd. Bagaimana Cara Menjadi Wirausaha Remaja, Boyolali, Jawa Tengah Guru Seni Budaya SMAN 1 Wonosegoro
2.Zahiroh Fitria Agustiana, Batik Pekalongan, Warisan Budaya Bangsa, Pekalongan, Jawa Tengah Guru SDN 01 Wangandowo
3.Ibnu Asakir, S.Pd. Bencana Alam di Negeriku, Sleman, Yogyakarta Guru SD IT Salman Al farisi Klebengan
4.Muhammad Arifien Zuhri, S.Pd, Biar Kecil Sangat Berarti, Kulonprogo, Yogyakarta Guru SDN Giripurwo I
5.Hery Nugroho, S.Pdi. Jurus Jitu Menjadi Pelajar Sukses Di Era Global. Semarang, Jawa Tengah Guru SMPN 7 Semarang
6.Imron Rosidi, M.Pd. Mau Menjadi Remaja Idola? Baca Dong! Pasuruan, Jawa Timur Guru SMK Negeri 2 Pasuruan
7.Drs. Abdul Jamil, SH. Membela Keutuhan Negara Indonesia ,Tegal, Jawa Tengah Guru SMPN 1 Terbuka Adiwarna
8.Drs. Aryo Sunaryo, M.Pd. Rupa Wayang, Pengenalan dan Apresiasi Seni Rupa Wayang Kulit Purwa Semarang, Jawa Tengah Dosen Fak. Bahasa dan Seni UNNES
9.Dra. Eko Sri Israhayu, M.Hum, Sastra Sebagai Pencerahan, Purwokerto, Jawa Tengah Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto


C. Pengayaan Keterampilan
1.Dewi Hernia Nengsih, A.Ma. Aneka Keterampilan dari Sampah Plastik, Kendari, Sulawesi Tenggara Guru SDN 13 Mandanga Kendari
2.Nur Leni, SP. Hijaukan Bumi dengan Limbah, Surakarta, Jawa Tengah Guru SD Al-Firdaus
3.Johan Wahyudi , Juara Pidato, Sragen, Jawa Tengah Guru SMP Negeri 2 Kalijambe
4.Drs. Eka Waluya, Ketrampilan Membuat Penanda Waktu Pergantian Jam Pelajaran di Sekolah Menggunakan Jam Dinding. Temanggung, Jawa Tengah Guru SMPN 1 Pringsurat
5.Qodir Muhadjir. Kiat Sukses Membuat Pindang “Pikat” yang Memikat, Purwekerto, Jawa Tengah Tutor Kejar Paket C PKBM Satria
6.Waitlem, S.Pd. Kiat Sukses Menulis Feature dan Artikel. Solok, Sumatra Barat Guru Bahasa Indonesia SMA 4 Gunung Talang
7.Dwi Rakhmawati, S.E. Terima Kasih, Pak Pos! Titip Surat untuk Sahabatku, Surakarta, Jawa Tengah Guru Komputer SD Al-Firdaus
8.Wijaya Kusumah, S.Pd. Yuk Kita Nge-Blog! Bekasi, Jawa Barat Guru TIK Labschool Jakarta

Sumber : http://www.wijayalabs.com/tag/pemenang-sayembara-naskah-buku-pengayaan/

Sabtu, Februari 06, 2010

CATATAN FESTIVAL DRAMA REALIS REMAJA SE-EKS KERESIDENAN SURAKARTA 27-30 DESEMBER 2009 (mendidik generasi muda pelajar melalui pertunjukan teater)



PENDAHULUAN

Hari begitu mendung, walau rintik sudah meneteskan titik airnya pada kepala, tepat di depan Teater Kecil ISI Surakarta pada hari Senin, 27 Desember 2009. Terdapat layar screen di luar gedung, mungkin saja, apabila penonton begitu sesak maka masih bisa melihatnya di luar gedung. saya sempat menyaksikan atraksi Jimbe dari mahasiswa ISI Surakarta, kemudian bergegas mengisi buku tamu dan menerima sebuah hadiah dari seorang gadis cantik berupa booklet rangkaian kegiatan Festival. Saya langsung menuju pintu sebelah kanan, duduk di deretan bangku nomor tiga dan dengan tenang saya mulai mempersiapkan diri, mengamati dialog dua MC yang menceritakan rangkaian acara festival dan tujuan kenapa acara ini diselenggarakan. Saya membuka booklet kegiatan, dan melihat isi pengantar dari Rektor ISI Surakarta bapak Prof. Dr. Slamet Suparno, S.Kar, MS yang berbunyi secara ringkas “saya menyambut baik atas diselenggarakannya lomba/festival Drama Realis Remaja se-Solo Raya tahun 2009, menyampaikan penghargaan kepada panitia festival dan para peserta yang sudah berpartisipasi dan berharap agar kegiatan ini merupakan titik awal bagi adik-adik mahasiwa khususnya UKM Teater Jejak Institut Seni Indonesia Surakarta” dan sambutan dari ketua panitia yang berbunyi secara ringkas yaitu “dapat kita sadari, bahwa untuk memajukan apresiasi teater tidak cukup dengan wacana, akan tetapi perlu dilakukan kegiatan aktif, semoga festival ini selain menjadi wacana juga dapat memajukan apresiasi dan menjadi saksi dari dinamika perkembangan seni teater ditingkat SMA dan se-derajat”. Sebagai penonton yang baru pertama kali menyaksikan festival teater dalam konteks drama realis remaja, menilai isi dari pengantar dan sambutan ini memiliki suatu harapan besar dalam memajukan seni dan budaya di kota Solo, khususnya teater.



SEDIKIT KRITIK PERTUNJUKAN, SEMOGA BERMANFAAT

Penampilan pertama, dari SMA N 1 Slogohimo dengan nama kelompok Teater Awan Hijau. Kelompok ini membawa naskah “Les Chaises” karya Eugene Ionesco adaptasi “Kereta Kencana” W.S Rendra. Yang di sutradarai oleh Heru Purwoko. Umi Rohmah sebagai nenek dan Tarjo sebagai kakek. Sebuah naskah absurd yang diusung dalam tema Festival Drama Realis ini, menceritakan tentang dua orang (kakek dan nenek) telah berusia ratusan tahun, dua orang yang kesepian dan tidak memiliki anak, dua orang yang memilki kejayaan masa lalu namun di masa tuanya hanya bisa berkhayal agar kematian yang segera mejemput mereka berdua dapat menjadi sesuatu yang bermakna, namun tetap saja absurd. Dari pertunjukan ini, saya melihat kurangnya suatu pendalaman terhadap proses akting yang dilakukan di atas panggung sehingga terkesan dialog-dialog yang dimunculkan sangat tergesa-gesa, karakter, gestur dan vokal yang coba dieksplorasi tidak tampak hadir secara maksimal. Di tambah dengan unsur pencahayaan yang sama sekali tidak mencerminkan penegasan dramatik pertunjukan. Ada satu momen yang membuat saya tertawa geli waktu itu yaitu, terjadinya sebuah kecelakaan teknis di atas panggung yaitu copotnya kumis tokoh kakek sehingga membuyarkan seluruh impresi yang sudah saya bangun dari awal ketika menyaksikan pertunjukan ini.

Pertunjukan kedua yaitu dari kelompok Teater Ngilir yang berasal dari SMA N 1 Karanganyar. Naskah yang mereka bawa berjudul “Pesta Terakhir” karya Ratna Sarumpaet, sutradara Dukul Wahyu Nugroho. Pertunjukan ini menceritakan tentang penghormatan terakhir terhadap pemimpin otoriter dengan nama pak Sepuh yang tidak dihadiri oleh siapapun kecuali anaknya bernama Haryati dan beberapa pelayan, mandor, sahabat dan kenalannya. Dengan keteguhan hati, Haryati tetap bersikukuh untuk tidak mensemayamkan bapaknya, sebelum orang-orang datang menghadiri upacara penghormatan tersebut. Pertunjukan dengan durasi 50 menit ini, sedikit memberikan warna lain dengan menghadirkan suasana yang cukup realis, dengan menghadirkan sett panggung yang sugestif sehingga penonton dapat memahami kalau itu adalah suasana penghormatan terakhir sebelum jasad dimakamkan. Dari awal sampai akhir pertunjukan, saya mengamati hampir seluruh pemain seperti tidak merasa punya beban di atas panggung. Hal ini sebenarnya cukup membahayakan juga, karena dalam sebuah pertunjukan teater dengan membawa naskah realisme, bukan berarti tidak ada stilisasi di dalamnya, tetap harus dilakukan karena sesuatu yang dimunculkan oleh aktor/aktris harus tertangkap dengan baik oleh penonton sehingga dialog-dialog, ekspresi, movement dan gestur yang dihadirkan betul-betul menjadi ruang komunikasi efektif antara panggung dan penonton. Hal inilah yang tidak terjadi dalam pertunjukan ini, hampir semua aktor asyik bermain dengan dirinya di atas panggung, mereka lupa bahwa pertunjukan mereka disaksikan oleh ratusan mata yang disebut penonton. Sehingga dari hal tersebut, pertunjukan kurang memberikan impression (kesan) dari apa yang sudah ditampilkan di atas panggung.

Pada hari Selasa, 28 Desember 2009, seperti biasa saya hadir sebagai penyaksi Festival Drama Realis yang diselenggarakan oleh UKM Teater Jejak ISI Suirakarta ini. Terdapat tiga pertunjukan pada malam itu yaitu Teater Biroe dari SMA Pagudi Luhur St. Yosef dengan mengangkat naskah berjudul “Pada Suatu Hari” karya Arifin C Noer dengan sutradara Didik Panji. Pertunjukan ini, memberikan paradigma yang sama dari apa yang saya pahami dari sebuah pertunjukan teater yang berangkat dari naskah-naskah realisme. Ada well made play (drama yang dibuat dengan baik) di dalamnya. Dengan penggambaran karakter yang jelas, perkembangan kejadian yang diatur secara cermat, penuh kejutan-kejutan logis, memiliki suspense, tidak artifisial, memilki konflik yang jelas, konvensi panggung empat dinding, memiliki dramatik, punya detail sett dan properti dan identifikasi tokoh yang jelas. Sepertinya sutradara sangat paham apa yang harus dilakukan kepada seluruh elemen pendukung di atas panggung. Sempat terlintas dibenak saya, kalau sutradaranya bukan seorang siswa SMA, namun seseorang yang diminta untuk melatih proses pertunjukan festival ini. Ternyata dugaan saya benar, setelah semua pertunjukan usai, di luar gedung, saya diperkenalkan oleh seorang teman dengan sutradara pertunjukan ini. Bukan siswa SMA, tetapi juga seorang sutradara yang cukup dikenal di kota Solo. Orangnya begitu asyik diajak ngobrol, tidak merasa seperti seniman besar yang cenderung inklusif, dan dia juga pernah membantu teman saya waktu ujian akhir S2 di ISI Surakarta.

Pertunjukan kedua pada malam itu berjudul “Eng Ing Eng” karya Taat Wihargo, sutradara M. Amiruddin. Dengan nama kelompok yaitu Teater Gandrung Gusti berasal dari Madrasah Aliyah Al Azhar. Pertunjukan ini bercerita tentang Wadul anak pak Suro yang masih berstatus pelajar SMP. Ibunya sudah meninggal. Ketika ia mengenal cinta, akhirnya ia-pun ingin mengungkapkan rasa cintanya kepada seorang gadis bernama Senuk. Percintaan keduanya ditentang oleh bulik Senuk, ketika bulik senuk mengetahui percintaan mereka secara diam-diam. Wadul-pun akhirnya dihina, dicaci maki dan diusir. Alasannya adalah bahwa bulik Senuk mengetahui bahwa Wadul adalah anak pak Suro yang notabene adalah mantan pacarnya dulu. Wadul melaporkan hal ini kepada bapaknya, dan mereka berdua mendatangi rumah bulik Senuk. Keadaan berubah, ketika pak Suro tidak memarahi bulik Senuk tetapi malah mengembalikan rasa cinta yang hilang selama ini, anaknya merestui hubungan mereka berdua asal mereka-pun juga merestui hubungan Senuk dan Wadul. Begitulah sekilas sinopsis dari pertunjukan ini. Pertunjukan ini, berusaha menembus garis imajiner yang dibangun antara penonton dan tontonan. Dengan adanya pergerakan aktor yang keluar dari panggung, sangat memecah konsentrasi penonton terhadap karakter tokoh yang coba dibangun, sehingga suasana yang dihadirkan menjadi cair, tidak menimbulkan sugesti dan impresi di dalamnya. Hal ini, merupakan sesuatu hal yang fatal dalam pertunjukan realisme, karena pertunjukan realisme sangat memberikan ketegasan terhadap batas antara pannggung dan penonton.

Pertunjukan ketiga berasal dari kelompok Teater Tiga SMA N 3 Wonogiri, dengan judul Si Badrun “Kado Buat Nenek” karya Pardyat Moko, sutradara Pardyat Moko sendiri. Dengan sinopsis pertunjukan yaitu sendiri itu menyakitkan, kesepian itu menyakitkan, tapi apa rasanya dilupakan orang-orang yang di cintai, dan ketika saat di nanti-nanti tiba, orang-orang yang dicintainya tak kunjung datang, kesedihan semakin menjadi, dan rasa putus asa mulai melanda dan di saat itu pahlawan pun datang untuk menyelamatkan situasi ini. Sebuah peristiwa yang sebenarnya menarik untuk disimak, terhadap situasi orang tua yang berhadapan dengan anak-anak yang tidak lagi mau mengurus di usia tuanya. Ia akan di masukkan kedalam Panti Jompo, dan itu-pun diketahui dari kedua orang cucunya yang kebetulan datang menjenguk perempuan tua yang kesepian tadi. Ketika anak-anaknya datang maka konflik cerita ini-pun dimulai. Saya melihat, pertunjukan ini terkesan dua orang laki-laki yang berprofesi sebagai salesment datang menawarkan produk kepada seorang perempuan tua yang sedang kesepian, sehingga terjadi suatu perdebatan. Artinya adalah, di sini tidak kelihatan feel (rasa) bermain dari tokoh laki-laki, seolah-olah mereka membangun jarak begitu jauh antara ibu dan anak yang seharusnya mereka harus dekat, terlihat akrab, intens, dan tidak terkesan artifisial (mengada-ada). Sehingga dari laku seperti tidak muncul suasana tragik yang seharusnya diberikan porsi yang menonjol dalam pertunjukan ini.

Pada hari ketiga, hari Rabu 29 Desember 2009 masih dalam rangkaian Festival Drama Realis yang diselenggarakan oleh UKM Teater Jejak ISI Surakarta. Pertunjukan pada malam itu diawali dengan penampilan Teater Lincak SMA N 1 Teras dengan membawa naskah berjudul “Tidak Penting” karya Bandung Mawasti, sutradara Doli. Pertunjukan ini mengisahkan tentang hidup yang hanya sekedar memperkarakan kekonyolan dan mencari bahan untuk tertawa. Dengan sett minimalis mengandalkan batas imajiner dengan menggunakan tali, pertunjukan ini cukup menarik juga untuk di apresiaisi. Terdapat suatu bakat alami yang dimunculkan oleh para pemain, sehingga pertunjukan realis yang sederhana dan minimalis ini memberikan suatu penyegaran baru. Namun, kontrol bermain yang harus diperhatikan dengan baik, sehingga tidak kebablasan melanggar garis yang berfungsi sebagai dinding imajiner rumah yang sudah di bangun. Fokus pencahayaan yang cukup menarik dalam memberikan batas area permainan. Dalam benak saya, mudah-mudahan saja kesalahan kecil yang bersifat teknis dapat ditolerir oleh dewan juri yang terhormat.

Penyaji kedua yaitu Teater Bungkus SMA N 2 Wonogiri, dengan judul naskah “Buruh” karya Dadang Catur. Mengisahkan tentang sisi kehidupan marginal (kelas pinggiran) yang hidup sebagai buruh. Namun, sangat banyak sekali tuntutan hidup yang harus dipenuhi, namun tetap saja tidak bisa merealisasikannya begitulah kehidupan keluarga Ibu Darsi dalam lakon ini. Ranti anak pertama ingin menikah dengan pemuda idamannya, sementara si Bungsu ingin kuliah di Perguruan Tinggi yang murah. Konflik sesama mereka terjadi, dan akhirnya amarah seorang bapak tidak bisa dipendam. Ia-pun marah besar sehingga menuntaskan klimaks pertikaian tadi. Sebuah naskah yang bagus, dan juga digarap begitu detail oleh sutradara. Hampir setiap pertunjukan memberikan suspense-suspense yang logis, tata sett yang memberikan kesan yang sesuai dengan tematik naskah, karena memuat detail-detail setting dan properti kehidupan keluarga miskin, juga aktor, musik, pencahayaan, pola bloking yang begitu mengalir terkesan tidak terlalu diatur, akting yang tidak terkesan artifisial sehingga unsur spektakel dalam pertunjukan ini benar-benar menjadi perhatian sutradara. Itu hal yang menarik dari pertunjukan ini.

Pertunjukan terakhir pada malam itu, menyuguhkan naskah berjudul “Opera Dua Cinta” karya Agung Pamuji Adi, sutradara Yustinus Popo. Sebuah cerita yang merupakan modifikasi dari cerita klasik William Shakespeare yang berjudul Remeo dan Juliet. Cerita Romeo dan Juliet gaya Yustinus Popo ini mengisahkan dua orang remaja yang menjalin cinta, namun hubungan mereka sangat ditentang oleh orang tua mereka terutama dari Ayah tokoh perempuan. Prinsip pertunjukan ini murni sebuah hiburan yang menarik untuk di apresisasi. Pertunjukan ini memberikan satu bentuk parodi gaya bercinta anak muda pelajar saat sekarang ini yang sudah dipengaruhi dengan budaya globalisasi yang hedon dan cenderung bersifat konsumeristik, teori-teori ilmu pengetahuan tidak dibutuhkan lagi, kecuali pola hidup hura-hura dan tidak lagi memperhatikan nasehat orang tua. Tidak ada penegasan dan intensitas karakter akting dalam pertunjukan ini, karena layaknya kesenian tradisional, ketika ia keluar dari area permainan yang masih kelihatan oleh penonton ia telah beralih fungsi sebagai dirinya, dan ketika ia mulai berdialog kembali, maka ia seolah-olah menjadi tokoh yang ada dalam cerita itu. Para pemusik berada ditengah-tengah panggung dengan seorang penyanyi cantik sambil melantunkan irama lagu dan tari-tarian mencoba menyesuaikan dengan peristiwa dramatik pertunjukan dari awal sampai akhir. Begitulah Bertold Brecht memberikan batasan efek alienasi di dalam akting, berbeda dengan konsep Constantin Sergeyev Stanislavsky dengan konsep inner act (akting yang lahir dari dalam diri) sebuah persenyawaan tubuh dan pikiran sehingga memberikan batasan yang disebut to be (menjadi). Sebenarnya pertunjukan ini, tidak pas dalam tajuk festival drama realis kali ini, harus dibuatkan ruang festival lain, mungkin saja festival drama eksperimental atau yang lain sebagainya. Tetapi untuk sebuah kreativitas, dan kerapihan adegan-peradegan maka pertunjukan ini sangat layak diapresiasi.

Pada hari terakhir, masih dalam rangkaian agenda Festival Drama Realis, tanggal 30 Desember 2009. Saya-pun kembali hadir sebagai penyaksi yang baik dalam iven ini. Penampilan pertama yaitu Teater Trie SMA N 3 Sragen. Menyajikan naskah berjudul “Pucung” adaptasi “Anak Kandung” karya N. Riantiarno, Pine Wiyatno. Mengisahkan tentang Pucung yang bertutur tentang rasa kekeluargaan yang telah tergilas oleh hedonisme dan materialisme ditengah gelombang kehidupan yang bernaung dalam globalisasi. Pucung bagi keluarga Mulyana adalah salah satu falsafah hidup bagi orang Jawa yang terdapat dalam tembang Macapat. Pucung menjadi pegangan dalam menyikapi tantangan zaman, di mana etika dan moralitas serta rasa kebersamaan terus terkuras oleh globalisasi. Begitulah hantaran dalam lakon pertunjukan ini., sudah 25 menit pertunjukan berlalu, itu artinya saya telat malam ini. Begitulah, hujan hadir lagi malam itu. Sehingga untuk pertunjukan yang satu ini, saya tidak berani berkomentar karena takut mengada-ada, lebih baik kita maklumkan saja dan siapa yang melihat dari awal barangkali saja dapat berkomentar pada tulisan yang lain.

Pertunjukan kedua, sebagai penampil terakhir dalam rangkaian Festival Drama Realis yang dilaksanakan oleh UKM Teater Jejak ISI Surakarta adalah Teater Tenda SMA N 2 Karanganyar, dengan membawa lakon berjudul “Pada Suatu Hari” karya Arifin C Noer, sutradara Rahmad M. lakon ini mengisahkan tentang kecemburuan tokoh nenek kepada nyonya Wenas di suasana ulang tahun perkawinan emas mereka. Cemburu ini, akhirnya berujung pada permintaan cerai tokoh nenek pada tokoh kakek. Pada saat yang sama, Novia datang dan juga menceritakan persoalan permintaan cerai pada suaminya yang bernama Vito. Melihat situasi ini, ibu dan bapak mereka tidak mungkin membiarkan hal ini terjadi, akhirnya keretakan rumah tangga antara ibu dan anak dapat teratasi dengan baik. Pada awal pertunjukan ini, terkesan dua orang pemain agak sedikit nervous (bingung, gugup dan grogi), sehingga suasana pertunjukan belum tercipta dengan baik, karena vokal dialog yang masih timbul tenggelam. Ketika pada suasana tokoh nenek merasa cemburu kepada nyonya Wenas, barulah roh pertunjukan mulai terangkat, sehingga tiap-tiap peristiwa dramatik yang mereka mainkan sangat dibantu dengan kekuatan ekspresi dan gestur realistik. Inilah pertunjukan yang menurut saya, juga mewakili ciri well made play dalam realisme. Karena aspek kausalitas, penggambaran karakter yang jelas, punya ruang surprise dan suspense, punya dramatik dan lain-lain sangat terasa dalam pertunjukan ini terutama pengkarakteran yang dilakukan oleh tokoh nenek, sangat memberikan dinamika terhadap pertunjukan “Pada Suatu Hari” karya Arifin C Noer ini. Seandainya tokoh nenek dihilangkan dalam pertunjukan ini, maka well made play dalam konteks realisme tidak menarik lagi untuk menjadi pembahasan.

PENGUMUMAN DAN PENYERAHAN HADIAH

Para juri Festival yang terdiri dari kalangan seniman dan akademi teater yaitu Suharyoso SK (ISI Yogyakarta), Tafsir Huda (ISI Surakarta) dan Hanindawan (Teater Gidag-Gidig-Taman Budaya Solo), setelah rangkaian pertunjukan usai. Maka mereka bertiga masing-masing ingin berdebat siapa kira-kira yang layak untuk menjadi pemenang dalam festival ini. Untuk mengisi waktu luang, UKM Teater Jejak bekerjasama dengan Bengkel Mime Yogyakarta membawakan karya Pantomime berjudul “Rudi Go to School” dan HMJ Teater ISI Yogyakarta dengan membawa karya monolog berjudul “Sepi” karya Putu Wijaya dengan aktor bernama Feri Kritz. Penampilan dari dua kelompok ini, memberikan ruang apresiasi yang menarik bagi kalangan siswa yang menjadi mayoritas penonton pada malam itu, disamping para guru, seniman, pejabat dan dosen ISI Surakarta.
Akhirnya, Tafsir Huda, selaku perwakilan Dewan Juri, membacakan hasil perdebatan mereka yang tidak dapat diganggu gugat, begitulah gaya festival yang berkonotasi lomba di mana-mana di Indonesia. Juara Favorit di raih oleh Teater Timboel SMA N 5 Surakarta (Opera Dua Cinta), Artistik terbaik diraih oleh Teater Biroe SMA Pagudi Luhur St. Yosef (Pada Suatu Hari) dan Teater Bungkus SMA N 2 Wonogiri (Buruh), pemeran terbaik pria adalah tokoh kakek (Kereta Kencana) Teater Awan Hijau SMA N 1 Slogohimo, pemeran terbaik wanita adalah tokoh nenek (Pada Suatu Hari) Teater Tenda SMA N 2 Karanganyar, penyaji terbaik 3 diperoleh oleh Teater Bungkus SMA N 2 Wonogiri (Buruh), Penyaji terbaik 2 diperoleh oleh Teater Biroe SMA Pagudi Luhur St. Yosef (Pada Suatu Hari), dan penyaji terbaik 1 adalah Teater Tenda SMA N 2 Karanganyar (Pada Suatu Hari). Setelah semua usai, hanya tinggal kelelahan, mungkin juga kepuasan, maka semua lampu gedung dimatikan. Di luar gedung Teater Keci ISI Surakarta, orang-orang melintas entah ke mana dan untuk tujuan apa? Pikiran itu terlintas dibenak saya, akhirnya saya-pun kembali menjadi penyaksi untuk sebuah panggung yang lebih besar, yaitu dunia itu sendiri. Selamat Malam.

Solo, 18 Januari 2010